Minggu, 06 Mei 2012

FUNK

Funk

Funk began in the late 1960s, when soul music developed a fierce rhythmic drive. Drums and bass guitar came to the fore, playing short, repeated, eminently danceable riffs. The undisputed masters of this sound were James Brown and his band, the JBs, with songs such as ‘Talkin’ Loud & Sayin’ Nothing and ‘I’m Payin’ Taxes, What Am I Buyin’; the latter reflecting the fact that early funk music was often strongly politicized, due to the contemporaneity of the Black Power movement.

At this time, while funk was itself still a fairly new musical form, its influence was beginning to be seen elsewhere. Jazz artists such as Miles Davis were incorporating funky elements in their work, while others, such as Herbie Hancock, fused the two forms to such an extent that a new genre, jazz funk, came into being. As the 1970s progressed, funk became the major form of dance music and spread to Britain, with the funk flag being flown by Scottish group the Average White Band, whose ‘Pick Up The Pieces’ was a hit in both the UK and the USA in 1974. At around the same time, funk became less lyrically concerned with politics, and more with sex (the word ‘funk’ was originally African-American slang for the distinct smell associated with sexual activity); LaBelle’s ‘Lady Marmalade’ and the Ohio Players’ album Honey are good examples here. This overt sexuality was one of the elements that led to disco music growing out of funk in the mid-1970s. With the rise of disco, funk become more extreme, with the leading groups of the time being Parliament and Funkadelic, or P-Funk, as they were collectively known (the personnel of both being almost identical). P-Funk was characterized by a complex, multi-layered sound wrapped in outlandish cartoon and sci-fi imagery, with characters such as Sir Nose D’Voidoffunk and Starchild adding to the sense of funk as being detached from the everyday world.

In the early 1980s, the complex P-Funk sound gave way to a more stripped down style, epitomized by groups such as Cameo and Zapp, while simultaneously the slick production values of bands like Mezzoforte and Level 42 led to a surge in popularity in jazz funk. Throughout of the 1980s and 1990s, the mainstay of funk has been in its strong influence on rap music, with all the varying styles of funk being much sampled by hip hop producers.

Rabu, 02 Mei 2012

Cara Mencegah Dan Mengatasi Biang Keringat

Peningkatan suhu udara dan polusi yang hebat bisa mengakibatkan gangguan kesehatan, diantaranya biang keringat (Miliaria rubra).Gangguan pada kulit ini cukup akrab dengan anak, balita maupun bayi yang kondisi kulitnya masih sangat peka terhadap pengaruh lingkungan.
Ketika suhu udara sangat panas, biang keringat ini akan terasa gatal sehingga merangsang penderita untuk menggaruknya kuat-kuat. Namun, bahayanya, jika tempat yang gatal itu digaruk akan menimbulkan iritasi dan luka. Jika anak dilarang menggaruk, mungkin ia menjadi sangat rewel. Iklim tropis seperti di Indonesia memang mudah memicu terjadinya biang keringat.
Penyebab biang keringat adalah terjadinya penyumbatan pada pori-pori kulit. Padal pori-pori ini merupakan saluran keluar dari kelenjar keringat. Itu sebabnya penyakit ini kadang-kadang juga disebut keringat buntet alias keringat mampet.
Butiran-butiran keringat yang tersumbat itu akan mendesak kulit tempat bermuaranya saluran keringat. Akibatnya timbul lepuh-lepuh halus yang besarnya tak lebih dari jerawat. Lepuh-lepuh tersebut berisi keringat yang dapat menimbulkan bintik-bintik merah.
Biang keringat bisa dicegah dengan mendorong terjadinya penguapan keringat. Salah satu caranya adalah selalu memakaikan baju-baju yang terbuat dari bahan katun tipis pada anak. Selain itu upayakan agar sirkulasi udara di dalam rumah cukup baik.
Cara lainnya adalah dengan berpola hidup bersih. Jagalah selalu kebersihan di rumah, termasuk kebersihan kulit si kecil. Segeralah mengeringkan kulitnya ketika anak berkeringat. Mandikan anak secara teratur dua kali dalam sehari. Gantilah baju si kecil sesering  mungkin, begitu terlihat basah oleh keringat, khususnya setelah ia bermain dan pada waktu menjelang tidur.
Bila kulit anak memang cenderung mudah terserang biang keringat, hindari keadaan yang dapat merangsang keringat berlebihan. Lalu jika anak sensitif terhadap suhu udara yang
panas, ibu dapat mengadaptasikan (mengenalkan kondisi tersebut) secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fungsi organ tubuhnya, termasuk kelenjar keringatnya pada jaringan kulit.
Cara lain mengatasi biang keringat adalah dengan mengompresnya dengan larutan soda bikarbonat (1 sendok teh soda bikarbonat dicampur dengan secangkir air bersih) secara teratur. Bila peradangan cukup banyak, gunakan salep atau bedak yang mengandung zinc oksida dan vaselin putih. Atau sebagai penggantinya kita dapat menggunakan bedak yang mengadung magnesium stearat. Kedua jenis bedak ini berfungsi mengurangi iritasi dan membantu penyerapan keringat.